Tempurung buat Ibu

on Minggu, 10 Januari 2010


Suatu kisah pada rumah yang bahagia,awalnya mereka tidak terlalu rusuh dengan kehadiran ibu tua itu. Sebagai seorang anak yang dilahirkan dari rahim ibunya, Tono tidak tega membiarkan ibunya hidup terpisah semenjak bapak Tono meninggal.Dan Tini Istrinya juga tidak keberatan, apalagi perempuan itu merasakan sangat besar kegunaan mertuanya di rumah. Ibu itu masih bisa membantu-bantu pekerjaan rumah tangganya sehingga tertolong sedikit meskipun dia tidak punya pembantu.

Namun semenjak hamilnya makin besar dan dilihatnya si ibu mertua tambah menjadi-jadi batuknya, dadanya yang lemah kian kempis dan kadang memuntahkan darah, Tini mulai bingung. Kalau ibu yang sakit paru-paru itu tidak segera diungsikan,maka ia khawatir penyakitnya akan menular dan membahayakan anaknya yang akan lahir.

Maka, setelah merasa hampir dekat melahirkan, Tini berkata kepada suaminya, “Bang, penyakit Ibu sepertinya makin menjadi dan sepertinya penyakit yang menular. Jadi kita harus mencarikan jalan supaya anak kita nanti jangan bergaul dengannya.”

“Tono kaget mendengar bicara istrinya ini. “Maksudmu?”

“Kita harus berpisah dari Ibu,” jawab Tini.

Tono termenung mendengar permintaan istrinya. Sebetulnya ia merasa berat terhadap ibunya. Namun, karena istrinya mendesak terus dan ia menganggap alasan istrinya cukup kuat, terutama demi anak mereka, maka Tono membuatkan gubuk kecil di pekarangan belakang rumah. Dengan perasaan yang berat ia menyuruh ibunya pindah dan tinggal di gubuk itu.

Ibu itu adalah seorang mertua dan nenek yang baik. Ia tahu diri. Ia menganggap umurnya adalah sisa-sisa kesenangan hidup yang pernah dinikmatinya. Maka tanpa sedih sedikit pun ia pindah ke gubuk itu.

Mula-mula segala kebutuhan ibunya itu masih diperhatikan sekali. Namun, sesudah anak mereka makin besar dan kesibukan bertambah, seluruh perhatiannya cuma ditumpahkan kepada Tina anaknya yang manis dan pintar itu. Sampai nasib ibu tua yang di gubuk itu sering terlantar. Piring dan gelas buat makan atau minumnya sudah lama pecah, sampai lupa menggantinya dengan yang lain. Sehingga untuk makan dan minumnya si nenek terpaksa menbuatnya dari tempurung kelapa.

Adapun Tini sama sekali melarang anaknya dekat-dekat dengan gubuk yang terdapat di belakang rumah. Dalam usia tiga tahun itu, Tina tidak tahu bahwa yang tinggal di gubuk tersebut adalah neneknya sendiri. Sebab ia pasti akan dimarahi oleh bapak dan ibunya kalau bermain –main mendekati tempat itu.

Namun, pada suatu hari karena penasaran, Tina berhasil menyelonong ke sana, karena kebetulan hari itu bapak dan ibunya tidak di rumah. Dengan mengendap-endap ia mengintip melalui lubang pintu. Dilihatnya ada seorang perempuan tua sedang duduk di atas dipan rombeng. Rambutnya sudah putih semua dan badannya bungkuk. Dasar seorang anak yang berani, menyaksikan pemandangan itu bukannya takut, malah dia gembira. Dengan mulutnya yang kecil itu ia memanggil-manggil.

“Nek, nenek tua, bukakan pintu, Nek.”

Alangkah gembiranya wajah nenek itu di dalam gubuknya. Tiba-tiba darah segar membesit memerahkan warna mukanya. Matanya bersinar lantaran suara itulah yang selama ini di rindukannya. Sambil terseok-seok ia berjalan ke pintu, lantas di bukanya.

“Siapa kamu, Nak?” tanya nenek itu.

“Tina,” jawab si gadis cilik.

“Oh, cucuku. Dimana bapak dan ibumu?”

“Pergi,” sahut Tina.

“Pergi kemana?” tanya si nenek tambah gembira.

“Entahlah, katanya jauh,” jawab Tina. “Saya ingin masuk, Nek.”

Betapa bahagianya nenek itu dapat menggandeng cucunya memasuki gubuk tersebut. Hingga tengah hari Tina bermain-main di situ. Rupanya anak kecil itu haus. Ia merengek kepada neneknya, “Nek, minum.”

Dan Si nenek mengambil tempurung kelapa. “Nenek tidak punya gelas, buat minum.” Gadis cilik itu heran.

“Memang nenek ini siapa sih, tidak punya gelas?”

“Aku adalah nenekmu, ibu dari bapakmu.”

“Kenapa tidak punya gelas?”

“Orang tua tidak boleh pakai gelas.” Nenek itu katakan.

Demikianlah, ketika sudah puas bermain-main di situ, Tina permisi pulang. Untung waktu itu Tono dan istrinya belum kembali. Jika sudah, pastilah si nenek yang akan di marahi. Dan kejadian ini sering terjadi tatkala kedua orang tua Tina pergi meninggalkannya.

Dan Akhirnya Tina meminta kepada kedua orang tuanya untuk dibawakan sebuah tempurung. Tiap hari selalu Tina merengek-rengek minta agar di bawakan tempurung kelapa. Dengan penasaran Tono mencarikan tempurung. Setelah Tono mendapatkanl tempurung, Tini bertanya kepada anaknya,”Buat apa Tina minta tempurung ini ?”

Tanpa berpikir si cilik menjawab, “Bakal tempat minum Ibu kalau Ibu sudah tua.”

Terkejut Tono dan istrinya mendengar jawaban ini. Mereka bertanya, “Mengapa begitu?”

Dan Anak kecil itu menjawab, “Nenek Tina yang tinggal di gubuk itu juga menggunakan ini untuk makan dan minum. Nanti kalau Tina sudah besar dan Ibu sudah tua, Tina akan kasih tempurung ini buat Ibu.”

Mendengar jawaban ini sadarlah Tono dan Tini akan kelakuan mereka. Tiba-tiba mereka takut akan anacaman Allah bagi anak-anak yang durhaka. Maka semenjak itu berubahlah sikap mereka terhadap orang tuanya dan yang menyadarkan mereka justru seorang anak kecil yang manis.

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..

Bicara yang Baik atau DIAM!! (Part 2)


“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

Maha Pengasih dan Penyayang Allah yang telah melimpahkan segala nikmat kepada hamba-hambaNya yang beriman. Tak sedikit dosa-dosa para hamba Allah yang tumpah ke bumi dan kemudian naik ke langit, tapi semuanya terbalas dengan rahmat dan ampunanNya.

Sungguh kasih dan sayang Allah tak pernah bertepi. Siang dan malam silih berganti, waktu pun terus bergulir menggilir masa. Selama itu pula, dosa-dosa manusia mengalir menodai kesucian langit dan bumi. Namun, ampunan dan sayangNya senantiasa berlimpah. Sungguh terpancar kasih sayang itu melalui firmanNya dalam sebuah hadits Qudsi. “Wahai hamba-hambaKu. Sesungguhnya kamu senantiasa berbuat salah dan dosa, siang dan malam. Dan Aku senantiasa mengampuni dosa-dosa itu semuanya.”

Di antara dosa yang nyaris tak henti adalah apa yang kerap diperbuat lidah. Anggota tubuh yang satu ini memang tergolong lincah. Tak jarang, ia menjadi liar tanpa kendali. Ada banyak upaya memagarinya agar tetap bergerak dalam bingkai rihda Allah. Di antara upaya itu adalah:

1. Sibukkan lidah dengan dzikrullah
Kepunyaan Allah segala yang di langit dan di bumi. Termasuk lidah yang Allah amanahkan dalam diri manusia. Walau lidah punya posisi menentukan, tapi ia tetap alat. Ia akan melakukan apa yang ingin diperbuat manusia.

Ucapan yang paling mulia adalah ucapan tentang sesuatu yang teramat mulia. Dan tidak ada sesuatu yang paling mulia, agung, dan bersih selain Allah swt. Dzikrullah menggiring lidah senantiasa berada pada kemuliaan, keagungan, dan kebersihan. Bahkan, dalam lidah seseorang, dzikrullah bisa menggetarkan diri dan hati orang lain.

Lidah seorang mukmin tak akan pernah kering dari dzikrullah. Karena, itulah ciri utama mukmin yang tak akan pernah luntur dan pudar. Berdiri, duduk, dan tidurnya pun tak luput dari dzikrullah. Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian banyak bicara selain berdzikir kepada Allah Ta’ala, karena hal itu akan membuat hati menjadi keras. Dan sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah Ta’ala adalah orang yang berhati keras.” (HR. Turmudzi)

2. Hadiahi lidah dengan ucapan terbaik
Selain dzikrullah, masih ada peluang lain buat manusia untuk menghadiahi lidah dengan sesuatu yang terbaik. Ia menjadi terbaik karena isi perkataannya mengajak manusia lain kembali kepada Allah. Kembali dari kegelapan kepada terang benderang. Kembali dari keterbelakangan menjadi peradaban gemilang. Kembali dari kesesatan kepada hidayah Allah swt yang paling benar.

Allah swt menyebut tentang ucapan terbaik itu dalam surah Fushshilat ayat 33. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Fitrah semua hamba Allah pada hakekatnya tak akan berubah: patuh dan tunduk kepada Allah swt. Ketika kesibukan manusia berada pada rel Allah, di situlah ia akan menemukan ketenangan, kedamaian sejati. Begitu pula dengan lidah. Hadiah berupa kesibukan menyeru manusia kembali kepada Allah akan menjadikan lidah tetap terjaga pada rel yang semestinya. Jika kesibukan itu hilang, lidah akan mencari-cari kesibukan lain yang menyebabkan pemiliknya terpeleset dan terjatuh tak mengenakkan.

3. Bayangkan balasan sebelum bicara
Tak satu pun anggota tubuh manusia yang aksinya punya dampak besar selain lidah. Dengan lidah, sekelompok orang bisa saling berperang. Bahkan, dunia yang damai bisa gersang dan menakutkan lantaran kejahatan lidah.

Manusia yang memanja lidah bertindak semaunya akan punya dampak buat orang itu sendiri, dunia dan akhirat. Di dunia, orang akan mengucilkan karena khawatir menjadi korban. Dan di akhirat, inilah balasan final yang sangat membahayakan lebih dari bahaya apa pun, akan dibalas Allah dengan siksa neraka. Rasulullah saw bersabda,

“Ada hamba yang mengucap satu kalimat tanpa ia pikir baik-buruknya kalimat itu, menyebabkan ia tergelincir ke dalam neraka, yang lebih jauh daripada antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kelak, ada orang-orang yang tanpa sadar terjatuh dalam murka Allah disebabkan lidah. Rasulullah saw menggambarkan hal itu dalam sebuah hadits. “…Dan sesungguhnya ada orang yang mengucapkan satu kalimat yang membuat murka Allah, yang tanpa ia sangka akan sampai sedemikian rupa, kemudian Allah mencatat dalam kemurkaanNya sampai hari ia bertemu denganNya.” (HR. Malik)

4. Kalau tak ada ucapan yang baik, diamlah
Sedemikian besarnya bahaya lidah, Rasulullah saw. menganjurkan mukmin memilih diam daripada sekadar bicara. Dari Abi Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia selalu berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diam punya resiko lebih ringan ketimbang asal bicara. Dan seorang mukmin terukur mutunya saat ia bicara. Orang yang punya mutu diri tinggi akan berhitung sebelum bicara. Dan biasanya, orang yang kadar mutunya rendah, terlalu mudah mengumbar kata. Lidahnya lebih lincah dari akal dan hatinya. Semoga Allah melindungi kita dari model manusia seperti ini.


5. Luruskan ucapan sebelum orang lain yang meluruskan
Kehati-hatian adalah ciri khas hamba Allah yang bertakwa. Mana yang bisa dilakukan, mana yang tidak. Mana yang layak diucapkan, mana yang tidak. Perkataan punya dampak yang begitu luas: politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya pertahanan dan keamanan. Bayangkan, jika seorang pejabat tinggi sebuah negara, asal tuduh kepada suatu kelompok sebagai pelaku tindak kriminal, tentu akan punya perlawanan yang luar biasa.

Namun, bicara atau diam, dua-duanya bisa menjadi senjata setan. Orang yang asal bicara, akan menjadi senjata empuk setan sebagai alat adu domba. Dan orang yang super pendiam, terlebih lagi seorang pejabat tinggi, pun akan menjadi senjata setan untuk mendiamkan kebobrokan umat. Dan ini pun akan mendapat pelurusan yang tak mengenakkan.

Berhati-hatilah dengan lidah dan ucapan kita. Karena ia bisa menjatuhkan, dan menjerumuskan kita kedalam jurang kehinaan dan kebinasaan. Sadarkan lidah bahwa ucapan harus punya makna. Kemuliaannya berarti kemuliaan anggota tubuh lainnya. Dan, kecerobohannya adalah kehinaan anggota tubuh semuanya. Jangan biarkan sang pencatat keburukan menulis apa pun dalam suratan hidup kita.

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..

Berkatalah yang Baik atau Diam!


Kita sebagai manusia memang telah diberikan banyak sekali nikmat oleh Allah, termasuk nikmat dapat berbicara. Akan tetapi…. banyak yang salah menggunakan nikmat ini. Mereka tak mengerti bahwa mulut yang telah dikaruniakan oleh-Nya seharusnya dapat dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir (Kiamat), hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (Muttafaq ‘Alaihi)

Lalu dalam hadist lain disebutkan:
“Allah memberi rahmat kepada orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau diam lalu mendapatkan keselamatan.” (HR Ibnul Mubarak)

Demikianlah....
Lidah seseorang itu sangat berbahaya sehingga dapat mendatangkan banyak kesalahan.

Imam Ghazali telah menghitung ada 20 bencana karena lidah antara lain berdusta, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, saksi palsu, sumpah palsu, berbicara yang tidak berguna, menertawakan orang lain, menghina orang lain, dsb.

Mengenai ghibah, ada ayat tersendiri dalam Al-Quran yang membahasnya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan),karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12)

Rasulullah ditanya:
“Hai Rasulullah apakah GHIBAH itu?”

Nabi saw menjawab:

“Kamu menceritakan saudaramu mengenai apa yang TIDAK DISUKAINYA”.

Beliau ditanya lagi:

“Bagaimana menurut engkau jika yang dikemukakan itu ada pada dirinya?”

Nabi menjawab,

”Jika yang kamu katakan itu ada pada dirinya,berarti kamu MENGUMPATnya. Jika tidak ada pada dirinya,
berarti kamu telah BERDUSTA tentang dia” (HR Tirmidzi)

Jadi, sebaiknya kita memelihara perbuatan kita, dan jangan menghambur-hamburkan perkataan
yang sekiranya dapat membahayakan kita. Umumnya manusia yang BANYAK omong selalu berbuat SALAH dan DOSA.

Karena itu, mukmin yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah wajib mengerti bahwa PERKATAAN itu termasuk amalannya yang kelak akan dihisab: amalan baik maupun buruk. Karena pena Ilahi tidak mengalpakan satupun perkataan yang diucapkan manusia. Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih DEKAT kepadanya daripada urat lehernya. (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 16-18)

Karena itu...
KATAKANLAH yang BAIK agar kita mendapatkan KEBERUNTUNGAN, dan DIAMLAH dari keburukan supaya kita SELAMAT.

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..

Menangani Kritik dengan Manis


AL 'ASHR (MASA)


Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.


Surat di atas merupakan salah surat pendek yang terdapat dalam Al-Quran yang hanya terdiri dari 3 Ayat mengenai Waktu. Memang benar Waktu itu di bagi menjadi 3 :

1. Kemarin atau bisa di artikan Dunia saat kita belum di Lahirkan
2. Hari ini atau bisa di artikan Dunia Fana ini
3. Esok atau bisa di artikan Dunia Akhirat nanti yang kekal.

Dalam Ayat terakhit kita di anjurkan saling nasehat dan menasehati, mungkin dalam masalah nasehat itu berupa "Kririk" atau "Saran".

Merespon dan menanggapi kritik bukanlah perkara gampang. Setiap orang pernah mendapat kritik, entah itu yang destruktif atau konstruktif. Namun yang paling sering kita terima adalah kritik yang bisa membuat merah telinga. Kritik pedas yang kadang membangkitkan emosi.

Seseorang, ketika mendapat kritik, bisa merasa hancur, down, atau terbentuk semakin matang tergantung pada kemampuannya dalam menanggapi kritik itu. Kepribadian seseorang bisa berubah menjadi negatif atau positif tergantung bagaimana ia meresponnya.

Menangani kritik dengan manis perlu dipelajari. Tak bisa dielak bahwa di saat-saat tertentu kita akan menerima kritik. Atau sebaliknya, kita yang mengkritik. Memberi dan menerima kritik adalah wajar selama itu didukung oleh fakta autentik.

Masalahnya, kerapkali kita bereaksi berlebihan dan emosi terhadap suatu koreksi meski kritik itu didukung olek fakta, terlebih lagi tanpa fakta sama sekali, atau kritik yang tidak adil. Yang seperti ini biasanya berasal dari orang lebih suka melihat kekurangan orang lain, tidak melihat kepada diri sendiri. Selumbar di mata orang nampak, balok di mata sendiri tak dilihat. Bahkan tidak sedikit orang yang terlalu kriti(ku)s sampai-sampai mereka tidak bisa menikmati hidup. Satu-satunya kritik yang dibuat untuk diri sendiri adalah bahwa ia belum cukup kritis terhadap orang lain.

Kita perlu belajar merespon kritik dengan manis. Aristoteles berkata, Kritik adalah sesuatu yang bisa Anda hindari dengan mudah dengan tidak mengatakan apa pun, tidak melakukan apa pun, dan tidak menjadi apa pun. Tapi kita ingin menjadi seseorang, somebody, melakukan sesuatu yang berguna bagi khalayak. Efek dominonya, kritik akan datang. Lalu bagaimana menanganinya?

Pahami perbedaan antara kritik destruktif dan konstruktif. Kita perlu menafsirkan apakah kritik itu positif “untuk membina agar meningkat atau negatif “ untuk merenggut semangat dan antusiasme kita. Perbedaan antara kritik membangun dan menghancurkan sangat tipis. Maka perlu ditelaah dalam semangat apa kritik itu diberikan. Kata-kata dan motifnya mungkin harus mencermati.

Kritik membangun biasanya diawali dengan pujian yang murni, tulus, ucapan terima kasih, walaupun diakhir kritik itu disisipkan kritik bernada negatif namun dibungkus dengan kata-kata yang memotivasi, membangun. Sementara kritik destruktif cenderung ditunjukkan dengan sikap mengadili, sedikit arogansi. Mencari selumbar di mata orang.

Agar perbedaannya makin jelas, kita bertanya, kapan kritik itu diberikan? Bila itu dilontarkan di depan umum, maka kita tahu maksudnya kurang baik. Destruktif. Kritik yang elok umumnya dingkapkan secara pribadi, secara privat, bukan untuk konsumsi publik. Kritik yang dilontarkan di depan umum cenderung hanya untuk menonjolkan diri, bahkan mencela.

Kemudian, mengapa kritik itu diberikan? Ini ada hubungannya dengan sikap pengkritik itu. Ia mengkritik karena rasa sakit hati, iri atau demi keuntungan pribadi? Kritik yang cenderung meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain merupakan bentuk pemuasan ego yang paling rendah. Kritik sampah! Orang seperti ini biasanya punya kesulitan dalam berasosiasi dengan orang lain, berpandangan negatif akan orang lain sehingga dia akan bergaul dan berkomunikasi dengan cara yang tak elok dan penuh kritik pula.

Tidak semua orang suka dikritik. Namun bila mendapat kritik, hadapi dengan rileks, jangan terlalu serius. Bukan berarti apatis. Ini untuk membantu mengembangkan kemampuan dalam melihat kekurangan diri sendiri. Menertawai kecerobohan itu perlu. Orang yang bisa menertawai kekurangannya biasanya dapat kembali ke jalur jauh lebih cepat ketimbang orang perfeksionistis, yang membiarkan dirinya merasa bersalah. Maka berbahagialah orang yang bisa melihat dan menertawai kekurangannya. Kita bukan orang yang sempurna, namun berusaha menuju ke sana.

Biasanya, kalau kritik yang tidak adil kita respon dengan amat sangat serius, kita, secara pribadi, di dalam hati, remuk secara emosional, ingin balas dendam dan sakit hati meski di luar kita nampak menghargai kritik itu. Maka rilekslah, hadapi dengan manis. Kalau perlu tanggapi dengan humor segar. Fokus pada orangnya serta melihat kritik itu melampaui isinya juga efektif dalam menangani kritik. Tanya, siapa dia? Siapa pengkritik itu? Mungkin perlu mempertimbangkan wataknya. Apakah orang ini, tak peduli di mana dan kapan, memang suka mengkritik? Jika ya, tanggapi dengan guyonan. Tak perlu menilai kritik itu dengan emosi dan terbenam makin dalam.

Menanggapi kritik dan orang yang negatif dengan emosional hanya akan membuat kita terbawa arus negatif. Tidak perlu defensif. Siapa tahu orang itu mengkritik hanya untuk mendapatkan perhatian. Namun kalau orangnya memang bijaksana, reputasinya bagus, penuh dengan asam-garam kehidupan positif, maka kritik dari orang yang demikian layak untuk diperhatikan. Sebuah kritik, walau sedikit bernada negatif, dari orang yang bijaksana lebih berguna daripada antusiasme hampa dari orang bodoh.
Perhatikan apakah kritik itu benar-benar membantu.

Dalam menangani kritik, perhatikan sikap kita. Terkadang merespon kritik dengan emosi bisa lebih merusak daripada kritik itu sendiri. Jadi ini ada hubungannya dengan tingkat kedewasaan kita, sikap kita.

Sikap buruk dan marah dalam menanggapi kritik hanya akan membuat suasana menjadi panas. Tak perlu emosi. Lakukan yang terbaik. Dan sadarilah bahwa orang yang baik dikritik. Eleanor Rosevelt berkata, Lakukanlah yang baik walau untuk itu Anda dikritik. Anda akan dikritik jika melakukan sesuatu yang baik, juga akan dikritik jika tidak melakukan apa-apa.

Sering kita lihat ketika seseorang itu melakukan yang baik, moral hidupnya lebih tinggi daripada standar dunia ia diserbu dengan berbagai kritik. Namun jangan menyerah, lakukan yang baik. Jadi tidak perlu heran jika menghadapi hal yang sama. Itu kritik yang tidak adil. Namun ingatlah bahwa kritik yang tidak adil seringkali merupakan pujian yang tersembunyi, dan pengukuhan bahwa hidup kita bergerak (onward) ke arah yang lebih baik.

Dalam merespon kritik, lihat apakah ada orang banyak, bukan hanya pengkritik itu. Cakrawala pergaulan pribadi perlu diperluas. Sebab ada kemungkinan kita mendapat kritik yang sama dari beberapa orang. Kalau kasusnya demikian berarti kritik itu perlu dicermati. Evaluasi untuk melihat kekurangan dan progres sejauh ini. Itu artinya ada tantangan yang mesti kita hadapi.

Bahkan mungkin perlu melakukan perubahan yang signifikan untuk kemajuan yang lebih baik. Walau bernada negatif, namun kritik yang sama yang diterima dari beberapa orang bisa menyadarkan kita agar membuat suatu perubahan yang diperlukan. Sebab itu lihatlah melampaui pengkritik itu.

Untuk memperluas wawasan dan pergaulan, akan sangat baik bila kita bergaul dengan orang-orang positif. Melewatkan waktu bersama dengan mereka. Ini akan meminimalkan efek kritik negatif. Tidak perlu bertarung frontal dengan pengkritik negatif. Bila kita mengidentifikasi diri kita kecil seperti yang orang kritik dan berdebat panjang itu hanya akan membuang-buang waktu bermutu kita. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang positif dan selalu menunjukkan teladan yang baik, maka kita akan punya pengaruh positif terhadap pengkritik, bukan karena sikap defensif tapi contoh positif tadi.

Untuk meminimalkan efek kritik negatif, fokuslah pada misi mulia kita. Ingat bahwa setiap orang tidak luput dari kekhilafan. Namun lari dari tugas ketika membuat suatu kesalahan bukanlah watak seorang manusia sejati. Lari dari tugas membuat kita tidak akan mencapai apa pun. Itu hanya akan menambah rasa frustasi.

Lihat kecerobohan itu dari sisi positifnya dan ambil pelajaran berharga darinya. Yang paling penting adalah memetik pelajaran dari kesalahan itu dan jalan terus untuk menggapai misi yang lebih besar. Pepatah Arab mengatakan kalau Anda berhenti setiap kali anjing menggonggong perjalanan Anda tidak akan pernah berakhir, tidak sampai di tujuan.

Orang mengkritik? Tidak perlu emosi. Sambil belajar dari kesalahan, tunggulah waktu yang tepat untuk membuktikan kekurangan kritik negatif itu. Seiring berjalannya waktu dan banyak peristiwa yang terungkap, kritik negatif dengan sendirinya akan tersingkir.

Fisik yang letih gampang bereaksi negatif terhadap sebuah kritik. Kelelahan kerap membuat kita kurang waspada pada suatu masalah, mudah emosi. Spiritual yang kering juga bisa menjadi titik kelemahan seseorang dalam merespon kritik. Tetap bugar secara fisik, spiritual, mental dan emosional agar tetap bisa waspada. Itulah dimensi kebutuhan manusia yang harus dipenuh dan dijaga dengan baik. Sehat secara fisik, spiritual, mental dan emosional akan memudahkan kita menangani kritik pedas dengan manis.

Menangani kritik dengan manis memang bukan perkara gampang. Namun kita bisa menanggapinya dengan cara yang elok, sikap dewasa. Di saat-saat tertentu, dan kadang tak terduga kita mendapat kritik, entah itu destruktif atau pun konstruktif. Jadi responlah kritik dengan manis. Tanggapilah dengan bahasa proaktif. Anda pasti bisa!


Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (Asy Syu'araa' :214)

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..

“UN PENGUKUR KEBERHASILAN SISWA”



Sejauh mana perkembangan mutu pendidikan peserta didik, dapat dilihat melalui adanya standar kelulusan, sebagai evaluasi pada bagian yang dirasa masih ada kekurangan untuk dievaluasi dengan baik. Standar kelulusan yang direncanakan oleh pemerintah ialah 7,5. Secara perlahan standar kelulusan yang selama ini diberlakukan diarahkan kepada standar yang diinginkan itu.
Tahun lalu standar kelulusan 5,25 rencananya untuk tahun ajaran 2009/2010 adalah 5,5 ini masih jauh dari yang diinginkan oleh standar nasional, di sini pun masih ada yang pro dan kontra apalagi kalau 7,5. Untuk mencapai standar nasional tersebut sangat tergantung dari keberadaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang bersangkutan, di mana saat sekarang dirasa sangat kurang serta belum merata adanya di sekolah-sekolah apalagi sekolah yang berada di daerah yang letaknya terpencil. Kita lihat sekarang ini kelengkapan sarana dan prasarana itu lebih tertumpu keberadaannya di sekolah-sekolah yang terletak di kota saja, begitu juga dengan tenaga pendidik yang berlomba-lomba ingin berada di sekolah yang ada di kota.
Sekarang ini timbul pro dan kontra tentang adanya pelaksanaan UN, jauh lebih mudah apabila semua pihak dapat memahaminya dengan baik. Bila pelaksanaan UN kita jadikan barometer sebagai standar untuk kemajuan pendidikan nasional, ini sesuatu yang wajar-wajar saja, tetapi seharusnya dengan adanya perdebatan pro dan kontra saat sekarang ini pemerintah perlu mengakomodasinya dengan bijak dan baik sebagai salah satu masukan yang dapat dijadikan solusi ke arah perbaikan. Meskipun Mahkamah Agung (MA) telah menentukan adanya pemberhentian pelaksanaan UN, namun para tokoh dan pakar pendidikan di negeri ini untuk tahun 2010 masih banyak yang menginginkan agar hal tersebut tetap dilakukan sebagai upaya pemetaan mutu pendidikan dan tidak dijadikan sebagai syarat penilaian yang menentukan dalam suatu kelulusan.
Mengacu pada penegasan yang diberikan oleh Mohammad Nuh selaku Menteri Pendidikan, pelaksanaan UN dimajukan, atau dipercepat menjadi bulan Maret, Menteri juga menegaskan bahwa selain UN dimajukan, UN juga tidak dijadikan sebagai satu-satunya penentu untuk kelulusan, penetapan nilai standar 5,5 untuk semua mata pelajaran yang diujikan, dan nilai 7 untuk mengitung nilai minimal ternyata Menteri masih mengacu Peraturan Dinas Pendidikan No.75/2009 tentang UN dan PP 74/2009. Mengenai adanya indikasi kecurangan dalam pelaksanaan UN, itu tidak begitu berpengaruh dan tidak dapat dibuktikan. Kita lihat bahwa hasil kelulusan rata-rata di atas 90%, ini menunjukkan bahwa standar kelulusan bisa dinaikkan meskipun itu perlahan.
Sebenarnya bukan pro dan kontra tentang pelaksanaan UN yang harus dibicarakan tetapi sistimnya sekarang yang perlu diperhatikan dan bila perlu adanya perubahan sistim sebagai upaya tidak adanya lagi kecurangan-kecurangan. Mari kita lakukan evaluasi menyeluruh sebagai peningkatan mutu pendidikan nasional kita.

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..

“DRAMA PEMBOCORAN KUNCI JAWABAN SECARA BERJAMAAH DI BUMI BENGKULU SELATAN”


“UJIAN NASIONAL”..perdebatan panjang masih berlangsung, IDEALKAH UN untuk diteruskan? “DRAMA PEMBOCORAN KUNCI JAWABAN SECARA BERJAMAAH DI BUMI BENGKULU SELATAN” sebuah ironi prilaku kurang bijak yang dilakukan belasan oknum Kepala Sekolah setingkat SMA, ini adalah wujud “niat KEPEDULIAN dibalik Kenistaan”. Niat baik yang kebablasan ini harus berujung pada sebuah masalah nama baik yang tercoreng dan sang oknum harus berurusan dengan pihak berwajib. Sejujurnya kita masih bisa menerima niat yang akan dilakukan oleh para oknum kepala sekolah ini, akan tetapi tidaklah pantas jika usaha mau memberi citra yang baik pada daerah dan memberikan nilai yang memuaskan pada anak didik dengan cara yang kurang bijak seperti Membocorkan Kunci Jawaban Soal Ujian Nasional.
Bercermin dengan kejadian di Kabupaten Bengkulu Selatan ini, sudah sepatutnya kita kaum pendidik dan orang tua lebih memberikan perhatian pada anak didik kita sehingga mereka benar-benar mampu mengerjakan semua soal ujian dengan baik dan benar serta dengan hal sewajarnya. Kurang pantas jika kita memberikan atau mengajarkan jalan pintas kepada anak didik bahkan mala para pendidiknya yang melakukan perbuatan yang tidak mendidik itu.
Dalam hal ini pemerintah pusat seharusnya melakukan evaluasi mendalam dalam melakukan standarisasi dalam menentukan kelulusan anak didik. Tidak salah pemerintah melakukan standart nasional dalam menentukan kelulusan siswa karena itu acuan kita dalam menilai kualitas pendidikan nasional.
Pemerintah pusat akan tetap melaksanakan Ujian Nasional pada tahun ini, sudah sepatutnya para sisiwa mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian nasional kali ini, untuk para guru untuk tetap melakukan langkah-langkah yang bijak supaya anak didik dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Keterlibatan orang tua saat ini sangat dibutuhkan dalam mengawasi anak-anak dirumah atau diluar jam sekolah, sebab anak-anak paling banyak menghabiskan waktu itu diluar jam sekolah. Ditambah dengan perhatian Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara ujian nasional di tingkat daerah, seharusnya memberikan kebijakan kepada semua petugas dalam mengawasi ujian nasional dengan baik, sehingga anak-anak tidak terbeban mental spikologis yang dapat menjatuhkan mental anak. Dengan perhatian dan keterlibatan kita semua InsyaAllah ujian nasional akan berjalan dengan baik serta menghasilkan nilai yang memuaskan juga nama daerah yang terangkat dari berhasilnya ujian nasional secara keseluruhan di daerah kita ini.

“pesan kami (FIKRI SENADA M, ST), selamat berjuang kepada adik-adik yang akan ujian nasional, do,a kami mentertai usaha adik-adik dalam menghadapi ujian nasional. Semoga berhasil..”

Salam ; Berpikir Cerdas, Bertindak Kreatif....!

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..