RAJA YANG GAGAL MEMERINTAH

on Jumat, 22 Januari 2010






“sifat menjilat, mencari perhatian dan angkat telor para pekerja terhadap atasannya, adalah sifat yang tidak pantas untuk mendapatkan tempat yang layak dan ini cendrung menyesatkan”

Konon di negeri antah berantah, memerintahlah seorang raja yang bijaksana. Apapun yang dititahkan raja selalu dikerjakan punggawa-punggawanya. Namun, para punggawa istana itu punya suatu kebiasaan buruk: mereka suka mencari perhatian, menjilat dan angkat telor dengan cara yang berlebihan.

Kalau berjalan beriringan, mereka akan berlomba-lomba “menyenangkan hati raja dengan cara memuja muji. Yang satu berkata: Tuanku adalah raja yang paling bijaksana di seluruh dunia; tak ada raja lain di muka bumi ini yang melebihi kebijaksanaan baginda.
Yang lain tidak mau kalah: kita sungguh bahagia memiliki raja yang amat perkasa; tidak pernah kalah dalam medan perang, semua pasti tunduk belaka di hadapa raja kita. Tidak mau ketinggalan punggawa lain pun bersuara: Baginda raja memang luar biasa; jangankan bala tentara musuh, binatang bahkan tumbuh-tumbuhan akan tunduk dan takzim jika tuanku lewat.

Demikianlah mereka menghalalkan segala cara untuk mencari muka. Lama kelamaan, raja makin kesal dengan semua perlakuan tersebut dan mulai menyusun rencana untuk memberi sebuah pelajaran.

Suatu hari, raja mengajak para punggawanya berjalan-jalan di pantai. Seperti biasa, punggawa-punggawa kembali berlomba mengeluarkan pujian-pujian gombal. Raja yang mulai kehilangan kesabarannya pun berujar, ”kalian mengatakan bahwa aku adalah seorang raja yang paling hebat di muka bumi?”.
”Ya, benar baginda. Itu jelas, apa saja yang baginda perintahkan pasti terjadi,” seperti koor para punggawa itu menjawab.
”Betulkah kalau aku memerintahkan rakyat membayar pajak mereka akan melakukannya?”.
”Oh, sudah pasti, sudah pasti,” para punggawa itu berebut menjawab.
”Aku juga pernah mendengar karena keperkasaanku semua hal akan tunduk kepada perintahku, benarkah itu?”.
”Benar baginda. Segala titah raja pasti dituruti oleh segala sesuatu di muka bumi.”

Tanpa disadari mereka sudah berada di pinggir laut. Lalu raja bertanya “apakah betul kalau aku memerintahkan agar gelombang-gelombang laut ini menari-menari dia akan menurut?”
Para punggawa mulai terdiam dan pucat.
Lalu raja pun berseru, “Wahai lautan luas, ku perintahkan kamu untuk bergelora dan membentuk gelombang besar, lalu bergulung-gulung untukku dan menarilah di hadapanku.”
Tetapi air laut ternyata tidak tunduk pada perintah raja. Berkali-kali dia berseru, namun laut tetap seperti sedia kala. Gelombang tetap kecil yang dengan lembutnya menyapa dan mengempaskan diri di pantai.

Raja mengalihkan pandangannya ke para punggawanya. Mereka hanya bisa terdiam membisu, tidak mampu berkata-kata karena malu.
”Wahai para punggawaku, ternyata aku tak sehebat seperti yang kalian sanjung selama ini. Lihatlah laut ini, mereka sama sekali tidak tunduk kepada perintahku. Aku tak sanggup memerintah mereka. Aku ini manusia biasa sama seperti kalian, seorang anak manusia yang ditakdirkan menjadi raja. Raja maha perkasa seperti yang kalian bilangkan itu adalah Tuhan pencipta sekalian alam, sembahan kita semua. Untuk itu, aku perintahkan kalian agar mulai sekarang jangan mendewa-dewakan aku lagi.”

Dari cerita tersebut di atas dapat kita ambil etos berbicara yang bisa kita pelajari adalah seni mendidik orang, seni menegur, seni memberi pelajaran. Raja memberikan pelajaran yang penting dan berharga kepada para punggawanya dengan cara yang kreatf dan efektif. Itulah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Memang, kepemimpinan adalah sebuah seni.

Seni diperlukan bukan saja memimpin, tetapi dalam semua aspek pekerjaan. Kita semua dianugerahi dengan bakat, talenta, dan kemampuan seni yang beragam. Manfaatkanlah itu, niscaya kita akan berkembang menjadi orang yang lebih kreatif menyelesaikan pekerjaan kita. Jika kita menerapkan rasa seni pada semua aspek hidup pekerjaan kita, maka kita selalu bisa menemukan cara yang unik untuk menyelesaikan masalah-masalah kita sesuai dengan diktum etos ini: aku bekerja cerdas penuh kreatifitas.

Semoga kita semua dapat menemukan cerita-cerita baru tentang tafsiran lisah raja dengan kreatifitas yang lain.

Hormat Kami,
FIKRI SENADA M, ST
Bersama Putra Asli BENGKULU, Sahabat Semua SUKU : ayo… Benahi BENGKULU, perbaiki CITRA..