PERJALANAN SANG PEMENANG

on Jumat, 23 September 2011


“Memiliki Mental Pemenang atau Mental Pecundang”
Oleh : Fikri Senada M, ST

“Bila seorang pemenang ingin berdiri di depan, dia harus meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri”
“Pemenang sejati menang tanpa perlu membuat orang lain tertekan”
“Jika dia berdiri di depan sebagai pemimpin, orang banyak mengharapkan petunjuknya dan meneladaninya, dan mereka tak pernah merasa bosan dengan kehadirannya, sebab ia tidak mau bersaing dengan orang lain, maka tak ada seorang pun yang dapat menyaingi prestasinya”

1. APA PERBEDAAN ANTARA PEMENANG DAN PECUNDANG

MENTAL PEMENANG

• Mampu mengatasi berbagai hambatan – baik hambatan dari dalam maupun dari luar diri kita;
• Memberi kekuatan untuk bertahan menghadapi berbagai ujian hidup; Hingga pada akhirnya kita dapat keluar sebagai pemenang.
MENTAL PECUNDANG
• Memiliki rasa kekhawatiran, ketakutan, dan ketakberdayaan menghadapi suatu problem;
• Mental pecundang bukanlah mental yang akan menguasai seseorang yang terkalahkan, tetapi mentalitas negative yang secara tidak sadar dibiarkan menggerogoti kemampuannya untuk mengalahkan penderitaan, cobaan hidup dan prilaku negative. Tuhan Yang Maha Kuasa mengarunikan kepada kita talenta dan sumber daya yang sama untuk mencapai kehidupan yang kita inginkan, namun kita sendirilah yang memutuskan untuk memanfaatkannya atau tidak.
Jadilah seorang yang memiliki mental pemenang dan kita akan menjadi kuat, sehingga pada saat yang bersamaan mental pecundang kita akan menghilang dan sadari juga mentalitas-mentalitas negative yang harus kita singkirkan.

2. YANG DIMILIKI MENTAL PEMENANG
 PEMENANG TIDAK MELARIKAN DIRI DARI PENDERITAAN
Ketidakberuntungan dapat menimpa siapa saja, dan bagaimana kita bisa menjadikan ketidakberuntungan bukan sebagai pengalaman buruk. Dan menjadikannya sebagai pengalaman yang menempa diri kita menjadi pribadi kuat, mampu bertahan menghadapi ujian hidup dan tidak dendam.
Walaupun ujian itu terasa oleh kita datangnya dari orang lain, ada pepatah bijak :
“Jika Aku Digigit Anjing Gila, Aku Tak Perlu Menggigit Balik Anjing Tersebut”
Pengalaman pahit dan ketidakberuntungan dalam menjalani hidup harus kita jadikan pelajaran penting. Jika kita melarikan diri dari penderitaan, maka kita akan berlari sepanjang hidup dan tak pernah benar-benar matang sebagai manusia. Melarikan diri dari penderitaan dan kesulitan bagaikan melarikan diri dari bayangan tubuh kita sendiri. Menyadari situasi buruk dan bersedia menghadapinya akan menghantarkan kita menuju pintu kesuksesan. Siapa pun yang keluar dari penderitaan, adalah lulusan terbaik dari ujian hidup.
 PEMENANG MELIHAT TEMBUS BATAS PENGHALANG
Mental pemenang mampu melihat dan membaca apa yang menjadi penghalang dalam mencapai tujuan, ketika pemenang melihat tembus batas penghalang, ia bukan mala menyerah atau kembali pulang. Akan tetapi terus untuk melanjutkan, dengan tekad yang kuat dan bulat untuk mencapai tujuan melalui usaha apapun.
 PEMENANG TAK AKAN MENYERAH HINGGA TUJUAN-TUJUANNYA TERCAPAI
Untuk meraih sesuatu tidak jarang kita membutuhkan bantuan orang lain, bahkan kita melemahkan kemampuan diri kita sendiri. Untuk mencapai tujuan-tujuan kita (desired state), kita tidak dapat sepenuhnya mengandalkan orang lain. Keluarga dan teman-teman walaupun boleh jadi mereka sangat ingin membantu kita, namun cara pandang dan cara memberikan bantuan mereka dapat saja berbeda dari apa yang kita harapkan.
Sangat penting untuk tetap memiliki keyakinan, bahwa apa yang kita inginkan akan terwujud.
Lakukan sesuatu hal yang mendekatkan kita pada gol-gol tujuan kita.
Pelihara semangat atau motivasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 PEMBENTUKAN MENTAL PEMENANG DIMULAI DARI TUJUAN AKHIR YANG JELAS
Tetapkan hati untuk menyatakan tujuan akhir, walau kita sadar bahwa kemampuan kita masih cukup kurang atau seadanya.
Keyakinan kita bahwa nasib baik itu ada, dan nasib baik itu akan muncul karena kita sadar bahwa nasib baik itu adalah buah produk dari Bermental Pemenang. Menerima dan meyakini nasib baik harus dibarengi oleh keyakinan bahwa nasib buruk itu tidak ada
Mental pemenang berani menyatakan ; “Di saat saya sedang di bawah, jauh dari puncak sukses, saya tetap mengarahkan pandangan saya kearah tujuan akhir – pencapaian gol. Saya tidak pernah menyalahkan nasib buruk, orang lain, atau situasi yang sedang saya hadapi”. Bagi saya, semua itu hanya ujian dan bila saya tulus, saya akan mendapatkan hadiah – KESUKSESAN.
Secara sederhana dapat kita katakana bahwa, nasib baik menyukai orang yang siap untuk melakukan apapun demi mencapai impian-impiannya.
 SELALU ADA KABAR BAIK BAHWA SETIAP ORANG BISA MENANG
Setiap orang memiliki segala sumber daya yang dibutuhkan untuk menang, keputusan untuk memanfaatkannya atau tidak ada diatas tangan pribadi yang bersangkutan.
Pernyataan diatas sangat relevan bila kita bandingkan seorang SUGENG SISWOYDHONO dan kenalan saya, sebut saja namanya IWAN..
Sugeng dalam sebuah acara Kick Andy di MetroTV, ia menghebohkan karena sebagai laki-laki tanpa kaki sebelah, melakukan proyek pembuatan 1.000 kaki palsu gratis untuk penyandang cacat, orang tidak mengira laki-laki ini sudah kehilangan kakinya sejak usia 19 tahun. Ia member motivasi kepada orang-orang yang sama seperti beliau yaitu hidup cacat tanpa kaki, agar mereka bangkit kembali untuk menjalani hidup. Menurut Sugeng “Orang Bisa Saja Kehilangan Kaki, Tetapi Tidak Bisa Kehilangan Semangat Juang”
Lain Sugeng lain Iwan orang yang saya kenal, ia anak orang cukup berada pejabat disalah satu pemerintahan kota. Saya yakin orang tuanya mampu menyekolahkannya sampai tamat kuliah, akan tetapi Iwan tidak seperti yang kita bayangkan, ia tidak tamat sekolah, bangun setiap hari kesiangan disaat waktu istirahat para pekerja lapangan, setelah makan siang ia menyelinap ke rumah tetangga untuk bermain kartu, kalau tidak ada lawan untuk bermain kartu ia terlihat duduk-duduk mengobrol sambil merokok.
Melihat ilustrasi di atas, jelas TIDAK. Setiap orang bisa menang jika ia memutuskan untuk berlaku seperti Iwan, ia menyia-nyiakan hidupnya padahal ia memiliki semua kelengkapan untuk berprestasi. Coba lihat Sugeng dengan segala keterbatasannya, ia memilih untuk melakukan sesuatu yang berguna, bagi dirinya sendiri dan orang lain.
3. MARI WASPADAI MENTAL PECUNDANG

 KEYAKINAN YANG MELEMAHKAN
Keyakinan melemahkan (limiting belief) adalah rana operasi mental pecundang yang sering berwujud ketakutan, kekhawatiran, dan kebingungan. Perasaan-perasaan tersebut selanjutnya memicu sikap dan prilaku skeptic, putus asa lalu mandek ditengah jalan.
Sering sekali mengucapkan hal-hal yang merefleksikan keyakinan melemahkan, misalnya ; Pengalmanku buruk semuanya; barang kali aku ditakdiran untuk hidup menderita; aku tidak mungkin bisa melakukan hal ini, karena terlalu sulit; buat apa berharap yang muluk-muluk, kalau tidak tercapai nanti kecewa; ya sudahlah.. sudah terlambat; mungkin sudah nasib kita; dll…

 PUTUS ASA
Putus asa terjadi bila seseorang kehilngan pengharapan untuk mencapai tujuan atau gol tertentu. Dalam keadaan putus harapan ia merasa apapun yang dilakukannya, tak akan mencapai hasil, tak akan membawah perbedaan apapun. Ia merasa yakin apa yang diinginkannya dan diimpikannya tidak mungkin didapatkannya, sebab semua itu berada diluar jangkauannya, diluar kendalinya dan dirinya merupakan korban keadaan yang harus menanggung kegagalan demi kegagalan.
(seperti cerita Ramlan disaat gempa menggunjang sumatera barat, 30 september 2009)

 MENYERAH SEBELUM MEMULAI
Tidak kapabel (tidak ada lagi yang dapat diperbuat) sering terjadi pada orang yang meskipun tahu bahwa gol yang dirancangnya masuk akal untuk dicapai, namun tidak percaya diri memiliki kemampuan untuk mencapainya. Keyakinan melemahkan ini mengakibatkan orang tersebut menyerah sebelum memulai. Ia meayakinkan dirinya , bahwa tujuan / gol seperti itu memang dapat diraih orang-orang lain, kecuali bagi dirinya, sebab ia tidak memiliki cukup kapabilitas atau kecakapan, bakat, kesehatan dll sebagainya..
Karena keyakinan melemahkan (limiting belief) sering kali menghambat seseorang untuk mencoba sementara dia menginginkan untuk mencapai suatu tujuan, maka dia mudah iri hati menyaksikan keberhasilan orang lain. Tidak jarang pula dia juga menderita perasaan rendah hati.

 MERASA DIRI TAK BERHARGA
Tidak berguna/tidak berharga/percuma; sia-sia (worthlessness) sering kali terjadi pada orang yang percaya bahwa ia berkemampuan mencapai golnya/tujuan, kapabel menangani suatu tugas yang sulit sekalipun, namun sayangnya ia merendahkan dirinya sendiri dengan meyakini bahwa ia manusia yang tak berharga, manusia yang tak diinginkan, bahkan ia meyakini jika ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, ia akan mengalami nasib sial.

4. MENANG ITU INDAH

Telah tersinggung dibagian atas bahwa mental pemenang terbentuk melalui ujian hidup, melalui keputusan, dan bersikap positif, dengan kata lain, tertempa pengalaman hidup. Mental pemenang dibangun dengan terus-menerus berpikir dan bersikap positif, berprasangka baik pada nasib kita dimasa yang akan datang, menggantungkan setingi-tingginya tujuan untuk sukses dan mengantisipasi kegagalan dengan persiapan yang matang.

 MENCAPAI KEMENANGAN TANPA MENGALAHKAN ORANG LAIN
Saya setuju sekali dengan ucapan ; “Anda dapat tegak berdiri tanpa harus menginjak orang lain, Anda dapat menang tanpa perlu mengorbankan orang lain”. Apalagi kalimat ini keluar dari bibir HARRIET WOODS, seorang politikus dan aktivis yang hidup pada zaman di kala orang cendrung mengira, untuk berdiri tinggi, ia harus menginjak kepala orang lain, dan ada yang menang maka pasti ada yang dikalahkan alias dikorbankan.
(tontonlah Indonesian Idol dan American idol)

Mental pemenang membantu kita bersikap positif terhadap arti kemenangan, memungkinkan kita melalui proses pencapaian tujuan, bukan memberikan hasil akhir. Mental pemenang membantu kita belajar dari kegagalan sementara/kemenangan tertunda.
Orang-orang bermental pemenang tetap berhasil, walau ia dicemplungkan dilautan merah sebab ia mencurahkan energy, waktu, dan sumber daya lain untuk melakukan yang terbaik, tidak pernah ia membuang-buang tenaga dan waktu untuk mengalahkan atau menghancurkan kompetitorya.
 PERMUSUHAN MENGHABISKAN BANYAK ENERGI
Jika kita sadar bahwa kita lemah, maka kita jangan melawan yang kuat, dan jika kita kuat tak perlu menindas yang lemah. Itulah esensi mental pemenang yang dapat diterapkan dalam kehidupan ini. Bukankah pribahasa kita mengatakan, “Menang jadi arang, kalah jadi abu?” Arang tidak sehancur abu, tetapi juga tidak lagi berbentuk kayu yang dapat dijadikan bahan bangunan. Intinya ; Bermusuhan menghabiskan banyak sekali energy, yang menang dapat melumatkan yang kalah, tetapi ongkosnya sungguh besar bagi dirinya sediri.

Kemarahan, kebencian, dan dendam tidak akan menyakitkan objek, tetapi sebaliknya menguras energy bagi si penaruh. Jika demikian, logikanya kita tak dapat disakiti oleh orang-orang yang memarah, membenci, dan mendendam terhadap diri kita TANPA KITA IZINKAN.
Satu lagi sikap negative adalah iri hati, sebaiknya orang yang iri hati melakukan instrospeksi diri, kesuksesan apa yang dimiliki orang lain yang memicu perasaan iri itu adalah yang tidak dipunyainya.

 PANTANG MENYERAH BILA MENGHADAPI KESULITAN
Dunia mengenal Thomas Alfa Edison sebagai penemu yang pantang menyerah karena baginya setiap kegagalan mengajarkan cara yang lebih efektif untuk menyelesaikan persoalan yang sama.
Untuk mencapai tujuan atau gol, sering kali kita harus merubah prilaku atau cara kita berperilaku dan juga sikap kita. Apabila dengan cara yang sama kita hanya akan mendapatkan hasil yang sama pula. Dengan begitu, bukan tujuan atau gol yang harus diubah, melainkan perilaku kita. Menyerah di awal atau di tengah-tengah proses berarti melepaskan kesempatan untuk mencapai tujuan dan melupakan impian.

Mental pencundang akan mengajak kita untuk berhenti bila kesulitan menghadang, tetapi bila kita bermental pemenang, kita akan mencari cara baru untuk memecahkan kesulitan yang sama.

 MEMBERIKAN LEBIH DARIPADA YANG DIHARAPKAN
Apapun yang kita lakukan, berikanlah lebih dari pada yang diharapkan. Itulah jaminan untuk mencapai kesuksesan sebab kita memberikan nilai lebih atau nilai tambah dari apa yang kita lakukan/kerjakan untuk mencapai tujuan.
Orang yang sering memberikan lebih daripada yang diharapkan, cepat atau lambat orang tersebut akan mendapatkan hasil berlipat ganda, sebab Tuhan Yang Maha Kuasa sendiri suka memberikan lebih dari pada yang kita minta.

 DI PUNCAK ANGGUN DI LEMBAH ELEGAN
Bagaimana orang-orang bersikap ketika berada di puncak sukses? Yang beroperasi dengan mental pemenang bersikap anggun, tidak menjadi sombong, tidak gegabah. Di puncak mereka mengekspektasi tinggi, namun tidak lupa mengantisipasi keadaan mungkin bisa menjadi buruk untuk sementara waktu. Dengan demikian, mereka dapat melenggang elegan di lembah sebab mereka yakin dapat mendaki puncak berikutnya yang lebih tinggi.
Hidup tidak selalu berisi kejadian-kejadian yang menguntungkan. Terkadang impian-impian menjadi kenyataan, tetapi kenyataan pun bisa menjadi mimpi buruk hanya dalam hitungan detik. Tragedy dapat menimpa siapa saja tanpa dapat dihindarkan. Tidak ada orang yang selalu mencapai sukses, tetapi ia dapat melewati kegagalan dengan sukses sebab sukses merupakan proses. Jika kita mengalami kemalangan, seakan-akan dunia runtuh mendadak. Tetapi, ingatlah ada pepatah bijak bilang, “Mendapat keberuntungan janganlah bergembira hingga lupa daratan, ditimpa kemalangan janganlah menangis histeris, orang yang bijaksana selalu berdiri di tengah-tengah”. Hal demikian dapat kita lakukan, jika kita berekspektasi yang terbaik, dan mengantisipasi yang buruk.
Orang-orang yang memiliki mental pemanang itu ibarat BERLIAN, akan bercahaya cemerlang bila diasah dengan berlian lain. Artinya pengalaman masa lalu akan menempah diri kita untuk semakin matang dan menjadi pribadi yang kuat.

Dan kita harus yakin, bahwa Allah SWT akan selalu menuntun kita ketika kita sedang beruntung, sehingga kita tidak lupa daratan. Dan Allah SWT akan menolong kita, ketika kita sedang dalam kesulitan. Jadi, kenapa kita harus takut pada masa depan? Kita yakin bahwa, Allah SWT sesungguhnya menyukai orang-orang yang bermental pemenang dan “PEMENANG ITU ADALAH ORANG-ORANG YANG SELALU MENDEKATKAN DIRI KEPADA TUHAN”


5. PENUTUP

Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna, kesempurnaan itu sepantasnya kita jadikan sebagai sebuah kemampuan untuk terus berbagi manfaat dan pengaruh yang baik, bukan mala sebaliknya kesempurnaan selaku makhluk kita pergunakan untuk saling menindas, merugikan dan memberi pengaruh yang tidak baik.
Generasi yang baik adalah generasi yang memiliki niat baik dan akal sehat serta tangan dingin untuk menyentuh secara nyata dan sewajarnya buat sesama dan tanah kelahirannya.

“Jika saatnya, yuk kita melayani sesama dan sayangi tanah kelahiran”

Di ujung lidah berderet kata do’a, saya secara pribadi memohon kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga kita semua adalah pribadi-pribadi yang memiliki mental pemenang dan pemenang yang sejati itu adalah kita semua. Amin!!



Daftar Pustaka :

7 (Tujuh) Keajaiban Dunia Yang Baru Saja Ditemukan!

Sekelompok siswa dan siswi kelas geografi di sebuah sekolah sedang belajar tentang “Tujuh Keajaiban
Dunia". Pada awal pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar dari “Tujuh Keajaiban Dunia” yang mereka tahu.



Walaupun ada banyak perbedaan diantara mereka, rata-rata siswa dan siswi membuat daftar "Tujuh Keajaiban Dunia" seperti di bawah ini.

* Piramida di Mesir
* Taj Mahal di India
* Tembok Besar China
* Menara Pisa di Italia
* Ka'bah di Saudi Arabia
* Candi Borobudur di Indonesia
* Menara Eiffel di Paris Perancis

Ketika semua siswa dan siswi mengumpulkan tugas yang telah mereka buat, ada satu siswi yang terdiam dan tidak mengumpulkan tugas. Melihat hal itu, sang guru menghampirinya dan mencoba menanyakan prihal kenapa dia tidak mengumpulkan tugas seperti siswa-siswi lain.

Guru : "Kenapa kamu tidak mengumpulkan tugas seperti yang lain?" Tanya guru.
Siswi : "Saya takut salah Bu karena jawaban saya berbeda dengan yang lain" Jawab murid
Guru : "Tidak usah takut, saya juga tidak akan memarahi kamu".
Murid : "Iya Bu" Sambil memberikan tugas yang telah dia selesaikan kepada Bu Guru


Sambil balik ke tempat duduk, sang guru tersentak saat membaca jawaban dari murid tersebut. Sembari duduk di depan, guru sedikit termenung membaca jawaban yang tertulis seperti ini.

7 (Tujuh) Keajaiban Dunia yang Telah Saya Temukan dalam diri saya

* Bisa melihat
* Bisa mendengar
* Bisa berbicara
* Bisa menyentuh
* Bisa merasakan
* Bisa tertawa
* Bisa mencintai

Merasa kagum dengan jawaban siswi ini, sang guru mencoba membacakan jawaban yang baru dilihat kepada siswa-siswi yang lain. Siswa lain pun terdiam mendengar karena tidak pernah berfikir seperti itu.


Alangkah mudahnya bagi kita untuk menyebut sesuatu yang dibuat oleh manusia sebagai sebuah keajaian, sementara karunia yang biberikan kepada kita sebagai hal biasa. Semoga dengan ini kita bisa melihat, merasakan, bersyukur dan dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya hal yang benar-benar ajaib dalam kehidupan!