Menuju Bengkulu yang Maju dan Sejahtera, Dalam Harmoni Keragaman Oleh : Fikri Senada M, ST Putra asli bengkulu, sahabat semua suku

on Selasa, 15 Desember 2009


Memiliki kondisi wilayah serta keragaman penduduknya, menjadi jelas bahwa membangun Bengkulu bukan lah gampang. Dari bahasa saja di Provinsi Bengkulu sangat banyak terdapat perberbedaan bahasa dari setiap kabupaten, bahkan setiap kecamatan. Ditambah dengan penduduk pendatang dari daerah lain, seperti Minang, Batak, Aceh, Sumatera Selatan, Jawa, Sunda dan bangsa lain seperti China dan India.

Meski Bengkulu termasuk daerah yang sudah lama berdiri sendiri sejak lepas dari Provinsi Sumatera Selatan, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini terkesan tidaklah menyentuh secara langsung oleh semua lapisan masyarakat daerah ini. Persoalannya adalah dimana pemimpin Bengkulu tidak mendalami keragaman sosial dan budaya masyarakat Bengkulu secara utuh dan menyeluruh.

Saya selaku Generasi Bengkulu yang mencoba utk mengaktualisasikan keinginan membangun Bengkulu ke depan, sangat memandang kompleksitas dimensi dan ruang lingkup masalah serta tantangan yang dihadapi dalam membangun Bengkulu kedepan. Jika dikelompokkan, masalah tersebut dapat dibagi menjadi bidang ekonomi, bidang infrastruktur, bidang kesejahteraan sosial, dan bidang sosial budaya.

Di bidang ekonomi, tantangan yang akan dihadapi terutama menyangkut masalah pengangguran dan kemiskinan. Maka dari itu arah kebijakan dan orientasi pembangunan Bengkulu ke depan harus memberi peluang bagi terciptanya lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Salah satunya meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bagi masyarakat Bengkulu. Dibidang Infrastruktur, yang menjadi persoalan adalah penyediaan sarana dan prasarana yang bersentuhan langsung dengan masyarakat daerah, seperti Transportasi, ketenagalistrikan, energi, rumah sakit/puskesmas, perumahan, pelayanan air minum, tempat pelelangan ikan, pasar tradisional, sekolah, dll. Sementara itu di bidang kesejahteraan sosial, tantangan yang dihadapi adalah semakin bertambahnya penduduk miskin dan pengangguran di kota maupun di desa. Sedangakan di bidang sosial budaya tantangannya adalah menyangkut keadilan di tengah kemajemukan masyarakat dan keragaman budaya.

Dapat kita prediksi agenda pembangunan kedepan di Bengkulu adalah meliputi, pertama, mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, yang tentunya menyangkut masalah Kualitas Sumber Daya Manusia, peningkatan kondisi kesehatan masyarakat, pemenuhan kebutuhan hidup mendasar, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Kedua, menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance). Birokrasi menghadapi tantangan untuk menjadi pelayan masyarakat di tengah semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya. Pelayanan public yang beretele-tele dan terkesan lambat yang sangat menjadi sorotan masyarakat saat ini.

Agenda ketiga adalah memfasilitasi infrastruktur sosial dan ekonomi. Berkaitan dengan hal ini, pembangunan infrastruktur dihadapkan pada persoalan keterbatasan kemampuan pembiayaan. Ke depan dibutuhkan pemerintahan yang dapat memfasilitasi tersedianya infrastruktur yang mendukung peningkatan sosial ekonomi.

Sedangkan yang ke empat adalah manciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dalam keberagaman. Hal ini penting mengingat kondisi multikultur yang tidak ditangani dengan baik dapat berpotensi menimbulkan konflik dan diskriminasi atas perbedaan tersebut.

Dan yang ke lima adalah menciptakan masyarakat mandiri melalui program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sangatlah penting selain meningkatkan posisi tawar rakyat, juga supaya masayarakat dapat menjadi bagian yang terlibat langsung dalam pembangunan dan ikut menentukan masa depannya secara baik.

Harmoni Keberagaman menuju Bengkulu yang Maju dan Sejahtera
Jika kita ambil patinya, kesemua agenda persoalan dan tantangan di atas yang dihadapi Provinsi Bengkulu ke depan dapat dirumuskan menjadi sebuah visi pembangunan, yaitu mewujudkan Bengkulu yang Maju dan Sejahterah dalam Harmoni Keberagaman.
Sudah saatnya kita menberikan sentuhan keteladanan yang baik kepada Bumi Bengkulu secara utuh dan nyata, masyarakat Bengkulu harus punya masa depan dengan terus mendapat perhatian khusus dari pemerintahannya. Masyarakar Bengkulu tidak boleh lapar, masyarakat Bengkulu tidak boleh sakit, dan masyarakat Bengkulu tidak boleh bodoh. Keempat visi ini adalah persoalan mendasar bagi masyarakat Bengkulu untuk menuju lebih maju dan sejahterah.

Bersama kandidat yang mengedepankan akal sehat dan hati nuraninya, maka Bengkulu akan menatap masa depannya dengan lebih baik, lebih terarah, lebih nyata dan berwujud. Keterpurukan Bengkulu selama ini lebih disebabkan oleh kepemimpinan yang kurang teladan, bahkan lebih asyik mencari kepuasan kelompoknya. Tanpa berpikir dan bertindak secara wajar untuk membangkitkan daerah ini dari keterpurukannya. Diskriminasi dan saling membedakan adalah persoalan baru yang harus kita rajut dalam sebuah keharmonian keberagaman latar masyarakat Bengkulu secara menyeluruh.

Untuk mewujudkan visi di atas secara konkrit, visi tersebut dijalankan melalui misi berupa mewujudkan Bengkulu yang maju aman bersatu rukun dan damai dalam kesejahteraan; Mewujudkan masyarakat Bengkulu yang mandiri dan sejahterah serta berwawasan lingkungan; Mewujudkan Bengkulu yang berbudaya dan religius atas beragamnya suku dan agama; dan mewujudkan masayarakat Bengkulu yang partisipatif dan peduli terhadap proses pembangunan Provinsi Bengkulu.

Saudaraku setanah kelahairan, visi dan misi ini akan dapat terwujud dengan nyata dan sempurna bila mendapat dukungan penuh dari masyarakat Bengkulu secara utuh. Dengan segala kerendahan hati dan kejujuran dalam berucap dalam tulisan ini saya ingin berbagi kepada semua lapisan masyarakat Bengkulu tentang segala persolanan yang terjadi di Bengkulu ini dan dapat memutuskan pilihan yang terbaik dalam pemilihan kepala daerah yang akan datang.
Semoga keinginan untuk memberikan yang terbaik untuk pembangunan Provinsi Bengkulu ini mendapat sambutan yang positif dari seluruh stake holder pembangunan.


Penulis adalah Dewan Pendiri Generasi Bumi Rafflesia (GBR) Kota Medan Sumut - NAD

Bebalia’an Nda’ Besamau, Menuju Bumi Seraway Nan Alap…. Fikri Senada M, ST : anak lubuak langkap di lereng bukit barisan


Terlahir dari seorang mak/bak yg miskin bukan membuat aku untuk harus pasrah dan kecewa atas Kehendak Yang Kauasa untuk menciptakan hambaNya dengan bermacam-macam keadaan. Tumbuh dan berkembang dengan keadaan seadanya itu sudah pasti keadaan yang kurang enak untuk dijalani, akhirnya aku harus menulis dan jujur dengan deretan kata-kataku ini, bahwa masa lalu boleh suram, tapi kini aku harus mengabdi pada ibu pertiwi.

Bumi Seraway tanah tumpa darahku…
Aku dilahirkan diatas bumi seraway, kecil dan remajaku kuhabiskan disini untuk sekedar menjalankan perintah Allah SWT yang telah menciptakanku. Tumbuh berkembang entah kemana arahku, selaku anak aku ikhlas menjalaninya. Seperti anak-anak yang lain, aku sekolah TK, SD, SMP, dan SMA di Bumi Seraway ini. Ukiran sejarah hidupku telah terukir, usaha mengukir dengan tinta emas prestasiku. Semoga ukiran sejarah itu indah dimata orang tuaku, saudara-saudaraku, teman-temanku, serta tanah tumpah darahku.
Bak/mak…waktu TK aku rajin ikut lomba, ketika SD N 10 Manna aku sering dapat juara kelas dan setiap hari senin aku jadi Pemimpin Upacara Bendera, di SMP N 1 Manna aku sering Ketua Kelas, pengurus OSIS dan Pasukan Inti Narpati Sudirman Pramuka SMP N 1 Manna, dan ketika aku duduk di SMA N 5 Manna juara kelas, ketua kelas, Ketua Osis, Pradana Utama Pramuka, Ketua UKS/PMR, Duta PASKIBRAKA Provinsi Bengkulu, 3 kali membawa nama Provinsi Bengkulu dalam Lomba Cerdas Tangkas Tingkat Nasional, dan Pasukan Inti Kirab Remaja Nasional Indonesia. Dan hampir setiap Upacara Bendera Hari Besar Nasional di Lapangan Sekundang Setungguan itu pasti anak bak/mak ini yang mengibarkan Bendera Merah Putihnya.

Sekedar ngingat, ukiran sejarah panjang sekolahku tidaklah seindah ukiran prestasiku. Tantangan, hambatan, rintangan, dan dinding penghalang tak sedikit mengikuti tatihan langkahku. TK Dharma Wanita Depag di siwak Aji Acin cukup jauh dijalani dengan kaki ini sampai ke siwak Kutau jalan raja muda. Terbayang olehku “anak TK umur 5 tahun harus jalan keting pegi/pulang sekolah”. Ketika duduk di bangku SD, selaku anak-anak aku harus kehilangan masa-masa bermainku. Bak/mak mengharuskan aku dan saudara lanangku untuk menjaga kolam ikan, ternak dan tanaman milik keluargaku, sebagai penghasilan tambahan keluargaku. Tiduak di atas ANJUNG belampu minyak tanah, itu yang harus aku jalani. Bagaimana mungkin bisa belajar dengan kondisi begini, tapi Alhamdulillah anak bak/mak dapat juara jugau. Celanau sekul sering pesuak di pantat, mengharuskan aku menjadi pemimpin upacara bendera setiap hari senin. Malukah aku pada saat itu, aku membayangkan itu. Hehehehh…lucu untuk dikenang. Aktif kegiatan di sekolah, Pramuka sangat aku sukai, pengurus OSIS jadi pilihanku. Tapi sayang ketika aku mau ikut kegiatan perkemahan atau ikut lomba apa saja, aku pasti kebingungan karena dalam hidupku tidak pernah dikasi uang jajan sepeserpun dari bak/mak. Tidak jarang aku harus mencari buah nangka dan jengkol di hutan, yang aku anggap itu tidak ada pemiliknya. Aku mengambilnya dan aku jual hanya sekedar untuk mendapatkan uang 200 rupiah, paling banyak 500 rupiah untuk dijadikan uang iuran supaya bisa ikut berkemah atau lomba tersebut. Waaahhh…apa aku berdosa ya? jika buah nangka dan jengkol itu ada yang punya. Tapi itu semua yang menghantar aku bisa ikut Jambore Pramuka untuk semua tingkatan. Semua kegiatan yang aku ikuti mulai tingkat sekolah sampai ke tingkat nasional, aku tidak pernah memakai/dikasi uang dari bak/mak. Semoga ini kenangan dalam sejarah prestasiku di zaman sekolahku.

Seiring waktu terus berjalan, anak seraway itupun mencari eksistensinya. Kutinggalkan tanah kelahiranku, sebagai buah emas dari perjalan panjangku mengukir sejarah hidup prestasi masa kecil, dan remajaku. Niat dan langkah akhirnya harus kukemas untuk melanjutkan perjalanan dan perjuangan yang masih panjang. Semoga rasa tidak ingin berpisah dengan orang tua, saudara, dan sahabat-sahabatku, aku coba simpan rapi untuk membuktikan pada diri, bahwa hidup ini harus berganti dan sekedar pembukti diri untuk menaati pesan untuk mencari jalan yang terbaik untuk merubah dan mengatakan “lelah hidup begini”.

Bak/mak, dingBeghading, gegalau sanak dan sahabat-sahabatku, serta Bumi Seraway yang aku cintai, ijinkan aku pergi melangkahkan kaki untuk meninggalkan kalian semua, hgindu pasti tak tertahan bersama ayiak matau kan mengalir mengiringiku pergi. Manna Ulu Bendaragung pusaran puyangku, Lubuak Langkap Dusun niniakku, Manna Kota Kenangan tempat kelahiranku. Nantikan aku dalam kepergian ini, aku pergi untuk kembali. Pesanmu terukir indah dalam hati sanubariku, tak akan pernah aku lupa untuk kembali berbagi suatu saat nanti.

Kebau jak diwarisan niniak jadi saksi sejarah penghantar kepergianku merantau untuk mencari ilmu di daerah orang lain, begitu berjasa niniak lanang dan niniak tinau yg mewariskan kerbau kepada anak-anaknya termasuk mak. Harga kerbau itu yang aku bawa untuk menuju Kampus Universtas Sumatera Utara (USU) Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Hampir tak terbayangkan bahwa aku bisa menunutut ilmu di kampus ini, jangankan membayangkan bermimpi saja aku tidak pernah. Dengan niat dan tekad bulat aku datang ke kampus ini, Wauuu…kampus yang begitu megah dan cantik. Sebuah pertanyaan dalam hatiku “apa aku bisa dan sanggup kuliah di kampus yang sangat modern dan besar ini??”. Semakin rasa rindu ingin pulang menghantui, rasa takut bahkan galau dalam diri. Maaaakk…aku ndak baliaaak, biarlah anak dighi ni jadi jemau bigal di dusun, aku enggup kuliah disini, aku minder, aku gamang….Ya Allah apa hamba bisa mengukir prestasi di kampus ini? Sedangkan hamba hanya anak jemau dusun yang miskin pulau, bak/mak cuma ada tekad untuk mengkuliahkan anaknya yang banyak ini, 9 (sembilan) beghading saudaraku semua harus kuliah. Litak dan capek itu pasti yang menghampiri bak/mak dalam menyekolahkan kami.

Kuliah di Kampus USU mulai aku jalani, tak terasa aku bisa beradaptasi dengan keadaan dan lingkunganku yang baru ini. Medan kota Metropolitan yang ketiga terbesar di Indonesia, kota orang batak (orang-orang keras) katanya. Berbekal ilmu yang kudapat di sekolah dulu, aku berjuang untuk sebuah kata “aku harus tamat” dari kampus ini. Ternyata adaptasiku tidak sia-sia, aku kuliah banyak teman bahkan ada yang menganggapku saudara. Betapa beruntungnya aku, datang dari jauh dan biaya hidup seadanya dari kiriman orang tuaku membuat aku harus punya banyak teman yang bisa mengerti keadaanku, jika aku kepepet harus minta tolong. Mereka baik padaku, mereka peduli padaku dan mereka saudara baruku. Trimaksih sahabat-sahabat kampusku, aku bangga dan bertrimakasih pada kalian. Kalian semua terukir indah dalam sejarah hidupku.

Perjalanan kuliahku harus aku jalani dengan tertatih-tatih, semua itu karena keadaanku dengan kondisi keuangan yang dikirim bak/mak hanya seadanya. Aku tidak dapat beli buku, tidak bisa buat tugas dengan baik. Selaku anak teknik aku sebenarnya terbeban dengan tugas laporan yang begitu banyak, ditambah dengan tugas laboratorium dan gambar teknik, semua membutuhkan biaya yang sangat besar. Akhirnya kuliahku yang seadanya ini aku jalani terus, walau kadang kala aku harus minta bantuan teman-temanku satu angkatan untuk membantu aku. Kupinjam bukumu ya? Sahabatku….
Tugas laporan kerja laboratoriumpun aku ditolong teman-teman perempuanku, tapi aku punya keahlian dalam menggambar teknik, mereka bilang hasil gambaranku sangat bagus. Saling membutuhkan itu akhirnya membuat semua bebanku dapat teratasi.

Ditambah pengalaman berorganisasi ketika disekolah dulu tidak pernah hilang dalam keseharianku, jadi komting (ketua kelas) aku jalani di kampus, jadi Ketua Himpunan Mahahiswa Jurusan Teknik Mesin, pengurus Senat Fakultas, sampai dengan menjadi Ketua UKM Pramuka USU dan Wakil Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) USU pun aku dapati. Menjadi seorang aktivis kampus itu jadi kegiatan keseharianku di Kampus USU, prestasi Pernah Menjadi Duta Kampus USU untuk mengikuti Temu Karya Nasional Mahasiswa di Universitas Jember, UGM dan Ikip Medan telah aku dapati (walaupun aku orang bukan asli Sumatera Utara, aku orang pendatang dari Bengkulu tapi aku yang menjadi duta USU). Sampai pada Lahirnya Reformasi tahun 1998 aku harus berdiri didepan untuk meyuarakan yel yel turunkan Soeharto Presiden RI yang Diktator. Menjadi Barisan Pejuang Reformasi dari Kampus USU Kota Medan itu sebuah prestasi yang dapat diukir para Mahasiswa Indonesia, dan aku ada didalamnya.

Waktu terus berjalan, akhirnya aku harus berkirim surat pada bak/mak bahwa aku akan diwisuda dari Kampus USU yang aku cintai ini. Tamat dari predikat mahasiswa cukup membuat aku binggung dan bertanya dalam hati “apa Yang akan aku perbuat setelah tamat ini??”. Mungkinkah aku harus pulang kampung ke Kota Manna dimana aku dilahirkan dan dibesarkan? Berlatar belakang disiplin ilmu Keteknikan tidak mungkin rasanya aku harus pulang, apa kata dunia jika aku jadi pengangguran intelektual di dusunku. Kota Medan akhirnya jadi harapanku untuk mencari dunia kerja, tidak sempat aku jadi pengangguran setelah meja hijau aku dapat pekerjaan. Sampai pada akhirnya aku harus menetap di Kota Medan Sumut ini, untuk menancapkan jari jemariku untuk mencari nafkahku dan melanjutkan hidupku.

Kota Medan, telah mengukir hidupku dalam dunia nyata yaitu dimana aku harus mandiri dan memanajemen diriku. Tak terasa ukiran sejarah idupku telah menghantarkan aku pada posisi dimana aku harus mencari jati diri dan siap untuk mengabdi pada ibu pertiwi, terutama tempat dimana leluhurku berasal dan dimana tanah kelahiranku. Sudah begitu lama aku meninggalkan Kota Manna Kota Kenangan dimana aku dilahirkan. Rasa rindu dan selalu ingin bertemu bak/mak, dingBeghading, sanak famili dan sahabat-sahabat karibku semakin membara. Akankah aku bisa kembali pulang untuk berpikir dan berbuat sesuatu untuk daerahku. Hari ini, esok dan selamanya.

Niat Ndak Rela Bebagi, Ikhlas Memberi kan ku cubau….
Perjalanan panjangku telah membuat aku meninggalkan begitu lama bak/mak, dingBeghading, sanak gegalauwau, dan teman-temaku…
Mohon maaf atas jarangnya kita bersilatuhrahmi, tidak ada unsur kesengajaan ataupun niat yang kurang baik untuk tidak menjalin silatuhrahmi yang baik. Keadaan yang mengakibatkan kita terpisah oleh waktu yang begitu lama, keadaan yang membuat kita terpisah oleh jarak yang jauh, seakan-akan tak mampu kita melawanya. Tapi rasa keyakinan dalam diri kita membuat kita terikat dalam ikatan persaudaraan berpayung Anak negeri bumi seraway yang abadi. Rasa kebersamaan yang dulu pernah kita jalani bersama, itu terasa indah dan masih teriang diingatan. Dibesarkan, dididik dan bermain bersama dikampung halaman nan indah, Kota Manna Kota Kenangan.

Saudara-saudaraku…
Sahabat-sahabatku…, Seiring waktu terus berjalan, usia kita selalu bertambah dengan kehadiran perubahan dalam diri kita masing-masing. Dulu kita terkadang belajar bersama, dulu kita terkadang bermain bersama, dan dulu kita sekolahpun bersama. Dan akhirnya kita tumbuh dewasa sempurnah dengan hasil yang berbeda-beda pula. Kita tinggal ditempat yang berbeda-beda tersebar dipelosok negeri Indonesia, bahkan mungkin ada yang diluar negeri ini. Jarak yang jauh terkadang membuat kita bertanya dalam hati, “dimana, saudara-saudaraku dan teman-temanku dulu?”. Mereka jauh entah dimana, dengan deretan kata-kataku ini saya ingin melepas rindu sejarah atas kebersamaan kita dimasa dulu. Bangga menjadi orang Manna Bengkulu Selatan, bangga kita satu asal, bangga kita pernah punya tempat bermain yang sama, bangga kita pernah satu sekolah, dan bangga bahasa kita sama...

Tak terasa sudah begitu lama kita meninggalkan sekolah, dimana dulu kita belajar bersama untuk mengukir prestasi bersama. Tak terasa sudah begitu lama kita meninggalkan tempat pemandian kita, ayiak manna yang jernih kita berenang dan terjun bersama. Tak terasa sudah sangat lama kita meninggalkan pemandangan indah, sunset ”matahari terbit” di pantai pasar bawah, dan begitu banyak tempat-tempat kenangan kita, terukir dengan indah juga sempurna dalam memory hidup kita.

Semua jika dingat dan dikenang tak terasa khayalan membawa kita dalam mimpi terasa kita kembali mengulang semua yang pernah terjadi bersama kita, Masa lalu jika dikenang syahdu dan mengundang rasa rindu. Semoga saat ini aku, dingBeghadingku, sanak gegalauwau, dan sahabat-sahabatku semua sudah pada posisinya masing-masing, dan kami semua sudah sama niat dan langkah seperti ketika dulu kami kompak dan punya tekad bersama-sama untuk berbuat yang terbaik dan terindah untukmu negeriku ”Bengkulu nan Indah, Manna yang Aman jadi kenangan”.

Menghitung waktu yang terus berjalan tak pernah berhenti, apa mungkin sekarang sudah saatnya wahai dingBeghadingku, sanak gegalauwau, dan sahabat-sahabatku kita harus kembali pulang dan mengkir kembali sejarah hidup kita dengan kebersamaan yang pernah dulu kita miliki. Apa kita bisa saling bergandengan tangan, bahkan mungkin kita berpelukan untuk menyanyatukan kembali niat, tekad dan cita-cita kita bahwa kita anak negeri seraway yang tangguh, ulet dan pekerja keras sudah mampu bahkan sudah datang saatnya untuk berbagi, memberi serta membangun tanah kelahiran kita, Bumi Seraway nan alap yang terus kita jaga dan kita pelihara dengan ketulusan serta keikhlasan hati bahwa kita harus membangunnya dengan lebih baik lagi.

Rasa terpanggil sudah datang, saat dimana kita Generasi Bumi Seraway harus berpikir, berbuat dan bertindak untuk terus melanjutkan pembangunan di Bumi Seraway nan alap ini....
Sudah saatnya rasa kerinduan Bumi Seraway dengan datangnya Generasi Tangan Dingin Bumi Seraway yang selama ini jauh entah dimana, untuk kembali pulang dengat satu cita-cita bahwa bumi seraway harus berubah dari segala keterpurukanya, dari segala keterbelakanganya, dari segala ketertinggalanya dan harus berubah dari yang tiada menjadi ada. Menyempurnakan niat niniak kitau bahwa ”Bumi Seraway bukan bumi yang miskin, Bumi Seraway bukan bumi yang gersang dan anak Bumi Seraway bukan generasi Pemalas dan Bodoh”.

Bumi Seraway adalah Bumi yang miskin, Bumi Seraway adalah Bumi yang tidak ada sumber Daya Alamnya dan Bumi Seraway adalah Bumi yang lemah Sumber Daya Manusianya....., Apa benar predikat ini untuk bumi seraway yang kita cintai, apa benar image ini harus terus kita pikul dipundak kita, hingga anak cucu kita nanti??

Bangunlah wahai Generasiku, dari tidur panjangmu.... Bangkitlah wahai generasiku, dari keterpurukanmu.... (mungkin ini jeritan Bumi Seraway jika ia bisa bicara). Jangan kita biarkan tangisan bumi seraway lebih panjang lagi, jangan kita biarkan air mata ibu pertiwi ini terus mengalir. Ayo kita hentikan jeritan dan aliran air mata ini...

Niniak Puyang Kitau dulu tidak pernah mewariskan KEMISKINAN pada kita, Niniak Puyang kitau dulu tidak pernah mewariskan utang piutang pada kita, dan bahkan Niniak Puyang kitau dulu tidak pernah mewariskan KEBODOHAN dan sifat PEMALAS pada kita....
Rasa keyakinan kita harus mantap, bahwa Allah SWT tidak pernah lupa memberikan anugerah dan kesejahteraan pada umatNya, jika umatNya ingin meraih anugerah dan kesejahteraan itu, Allah SWT tidak pernah menginginkan umatNya terlahir untuk menjadi Generasi Pemalas dan Bodoh. Atas dasar keyakinan itu wahai dingBeghadingku, sanak gegalauwau dan sahabat-sahabatku..ayo kita berpikir, berbuat, dan bertindak untuk Bumi Seraway. Berpikir sedikit tapi bernas, berbuat sedikit tapi bermanfaat dan bertindak kritis untuk kemajuan.

Jangan kita biarkan tempat kita bermain, tempat kita belajar bersama, dan tempat kita mandi bersama hancur dan hilang tanpa bekas. Warisan yang paling berharga adalah warisan dimana anak cucu kita dapat melihat dan merasakan apa dulu yang kita lihat dan kita rasakan. (Ceritau batan anak cucung kitau nanti).

Sifat Seghawah....., sifat yang kurang baik ini ayo kita tanggalkan dari diri kita masing-masing.(dari pada diau yang jadi, baguslah ndiak jadi galau) bumi seraway tidak akan pernah berbenah dan berubah jika generasinya punya mental dan sifat demikian. Siapapun yang kita nilai pantas atas kapabilitas dan kuliatasnya untuk menjadi pemimpin kita, maka jangan ada alasan lagi bahwa kitau harus saling bahu membahu, bantu membantu dan tolong menolong, untuk menuju perubahan yang kita mulai dari berubah cara kita memiliah pemimpin di Bumi Seraway ini. Mari kita saling menutupi, mendukung dan menghormati atas segala kekurangan jika itu ada diantara kita, tapi mari kita saling membanggakan dan acugkan jempol jika ada kelebihan diantara kita masing-masing.

Yang Besak Peralah, Yang Keciak Ngalah....., ini adalah sifat warisan niniak kitau kepada anak cucu generasi Bumi Seraway, (yang lebih tua jika ada adiknya yang mau maju dia harus mengalah membiarkan adiknya untuk maju dengan sempurna, jika yang lebih tua mau maju sudah barang tentu yang mudah juga harus mundur karena yang tua mau maju) Alangkah indah jika sifat ini terus kita pupuk dalam diri kita selaku Generasi Bumi Seraway. Tidak lah terlalu payah bahkan mengeluarkan dana yang sangat banyak hanya untuk sekedar menentukan siapa sebenarnya yang pantas untuk kita pilih sebagai pemimpin di Bumi Seraway ini.
Tidaklah perlu seorang keponakan bermusuhan dengan pamannya karena sama-sama mau maju PILKADA, jangan sampai terjadi putus silatuhrahmi antara adik dan kakaknya karena sama-sama mau jadi pemimpin. Bahkan sering terjadi permusuhuhan dan bunuh membunuh sedarah karena berebut tahta kepemimpinan dalam PILKADA. Ayo kita gunakan sifat warisan ”Yang Besak Peralah, Yang Keciak Ngalah”.

Bumi Seraway akan tersenyum dengan indah dan akan berbenah dengan sempurna jika kerukunan kita dan silatuhrahmi kita terjaga dengan baik, tidaklah kita malu mengaku sebagai orang seraway jika kita dapat hidup berdampingan bahkan kita dapat berpelukan dengan satu rasa dan satu asa bahwa kita bangga jadi Anak Bumi Seraway..

Sekundang Setungguan...., ini bukan jargon-jargon semata yang enak dibaca dan indah terdengar ditelinga. Niniak moyang kitau selalu memberikan warisan pembelajaran yang sempurna kepada kita. Betapa tidak dengan semboyan ”Sekundang Setungguan” kitau diajarkan untuk terus memupuk rasa kebersamaan dan menjaga silatuhrahmi. Bagaimana cara bersikap antara yang muda dengan yang tua, antara yang tua dengan yang muda. Untuk saling bergandengan tangan dan tidak untuk saling tinggalkan dalam hal apapun, apalagi dalam hal menentukan pilihan dam mengabil kebijakan.

Mujauh Seghinduan...., pesan ini tersirat bahwa generasi Bumi Seraway harus dapat hidup di daerah orang lain atau di negeri orang lain. Melintas pulau menyeberangi lautan, tak gentar dengan ombak dan perampok dijalan. Itu adalah pepatah tuau berani yang diwariskan niniak puyang kita untuk kita terus dapat hidup dimanapun kita berada. Jangan ada rasa takut atau gamang, berani dan bekerja keras jiwa kita dalam menghadapi hidup ini. Mujauh Seghinduan, artinya kita bisa saja terpisah oleh jarak yang jauh dan waktu yang lama, tapi kita harus menanmkan rasa Rindu yang mendalam pada tanah kelahiran kita, rindu ingin bertemu dengan saudara-saudara kita, dan rindu untuk selalu berbuat untuk membangun Bumi Seraway nan alap ini...

Seghasan, Se’ijau...., budaya untuk terus mengedepankan musyawarah untuk mufakat adalah salah satu khas leluhur Bumi Seraway untuk meyelesaikan semua masalah dan urusan, baik urusan rumah tangga ataupun urusan adat istiadat. Prinsip membahas sampai tuntas, tuntas mengupas yang dibahas, menjadikan betapa sebenarnya kebiasaan kita tentang untuk tidak pernah bertikai akan beda pendapat, tidak bermusuhan jika harus kalah dan tidak sakit hati jika harus mengalah untuk sebuah kebaikan. Seghasan Se’ijau adalah symbol demokrasi masyarat Bumi Seraway, sehingga jika dalam memilih pemimpin tidaklah susah bahkan jauh dari itu tidaklah menguras tenaga, energy dan dana yang besar. Karena tidak ada satupun element kekuatan yang tertinggal dalam system Seghasan Se’ijau ini.

Gerakan Cinta Kampung Halaman ”baliak betunggal, membangun dusun” adalah buah pikiran kita untuk mencoba mengaktualisasikan pengalaman dan ilmu yang kita milki. Begitu banyak generasi Bumi Seraway yang sukses dirantau orang. Merasa terpanggil dan niat baik ingin berbuat sesuatu yang terbaik untuk membangun Bumi Seraway nan alap, maju, unggul dan terpandang. Sudah saatnya rasa rindu kampung halaman di hati sanubari generasi Bumi Seraway didefenisikan dalam hal yang nyata dan dalam bentuk yang sebenarnya. Gerakan Cinta Kampung Halaman ”baliak betunggal, membangun dusun” adalah sebuah realita betapa kita harus kembali pulang untuk saling bergandengan tangan, bahu-membahu, bantu-membantu, dan saling tolong untuk membawa perubahan nyata, membangun Kabupaten Bengkulu selatan menjadi salah satu kabupaten yang diperhitungkan di bumi Tanah Air Indonesia, serta menjadi Kabupaten yang mandiri.

Semua cita-cita dan angan-angan ini tidak akan pernah terwujud dengan nyata juga sempurna jika tidak semua itu kita mulai dengan niat yang baik, kerja yang ikhlas dan do’a yang khusuk. InsyaAllah jika kita satukan niat dan bulatkan tekad maka apa yang kita cita-citakan akan cepat terwujud dengan nyata juga sempurna.

Ayo kita menjadi generasi pemimpin peraih puncak prestasi, Berpikir sedikit tapi bernas, Berbuat sedikit tapi merubah, dan bertindak kritis untuk kemajuan.

Semoga tulisan ini dapat mengenang dan membuka tabir hati saya untuk selalu memotovasi diri dan selalu ingin menjadi yang terbaik.