"MUDIK KE DUSUN LAMAN TERCINTA" Fenomena mudik yang
telah berlangsung puluhan tahun ini juga menunjukkan bahwa hubungan
emosional masyarakat dengan tempat kelahiran masih sangat kuat, tidak
pernah terkikis oleh perjalanan waktu.
Tidak terkecuali
kami sekeluarga juga wajib mudik setiap musim Idul Fitri tiba, keliling
ke rumah sanak saudara mulai jak Siwak Kutau hingga ke dusun niniak di
Pino Raya, Ulu Manna, Masat, padang Jawi Bungau Mas, Kayu Kunyit,
Seginim dan palak Bengkerung hingga ke dusun ulu aik Lubuak Langkap.
Ritual silaturahim yang wajib dilakukan saat musim lebaran Idul fitri
tiba, nak beghanak cung becucung semua bergembira dan bersuka cita
merayakan hari kemenangan ini, berpenampilan serbah baru, baju baru dan
celana baru bahkan ada yang mobil baru. Sajian makanan khas tersaji
lengkap, mulai gulai rendang, semur ayam, sate, gado-gado dan lotek pun
menghiasi meja makan, lontong sayur nangka ala Bumi Bengkulu Selatan pun
tersaji lengkap dengan kerupuk merah putihnya, idak an gelamai bahkan
kue bay tat pun ada disemua rumah-rumah sanak family yang dengan suka
cita menyambut dan merayakan Idul Fitri dengan gaya masing-masing. Tidak
jarang musim lebaran dihiasi dengan musim buah yang menambah khazanah
hari kemenangan ini, buah durian, buah duku, buah langsat, sampai dengan
buah tupak dan sali ataupun buah kemang. Begitu kaya alam Bumi Bengkulu
Selatan dengan semua kekayaan alam dan antusias masayarakatnya dalam
menjaga indahnya hari lebaran.
"MASIH ADA YANG KURANG"
Saling mengunjungi antar tetangga dan bahkan sanak saudara yang ada di
desa-desa pinggiran pun tidak kalah serunya, tapi disela meriahnya kita
merayakan hari raya Idul Fitri masih ada saja menyisahkan kesedihan bagi
adiak sanak kitau di dusun laman ini, yang ada ANGGOTA
KELUARGANYA TIDAK MAMPU MUDIK atau BELUM DIBERI KESEMPATAN UNTUK MUDIK
kembali ke dusun laman Kota Manna Tercinta. Ada yang tidak
mudik karena singkatnya waktu cuti, ada yang karena giliran mudik ke
pihak keluarga (suami/istri) ada juga yang memang belum berkecukupan
rejeki untuk sekedar mampu pulang kampung ke tanah kelahiran tercinta.
Bahkan ada sebagian adiak sanak kitau yang merupakan PEKERJA TKI/TKW di negeri jiran tetangga yang juga belum bisa kembali pulang ke kampung halaman tercinta.
"EMPAT PULUH JUTA JIWA LEBIH PENDUDUK NEGERI INI HARUS MENCARI NAFKAH SEBAGAI TKI/TKW DI NEGERI ORANG LAIN"
Dari
4o juta jiwa lebih itu juga termasuk anak jemau kitau, sanak saudara
kita yang berasal dari Bumi Bengkulu Selatan, dan begitu banyak mereka
tidak mudik karena situasi dan kondisi yang beragam. Inilah kondisi
Demensi Sosial sebagian adiak sanak kitau di dusun laman, saat kitau
berkunjung ada sajau perasaan tidak lengkap karena gi adau adiang
beghading yang endiak baliak karena mereka mengadu nasib di NEGERI TETANGGA UNTUK MENJADI TENAGA KERJA KONTRAK,
karena sistem kontrak itulah menjadi alasan yang paling tepat disaat
mereka tidak berada ditengah-tengah sanak saudara saat merayakan Idul
Fitri berlangsung.
'JUTAAN TKI/TKW HARUS BERHARI RAYA DI NEGARA ORANG LAIN'
Lebaran adalah hari berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara. Tapi
ternyata tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Bagi
sebagian dari mereka yang berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia
(TKI), kesempatan untuk mudik belum tentu bisa dilakukan seperti para
pekerja yang berada di Indonesia. Mereka harus menunggu masa kontraknya
selesai atau mendapatkan cuti dari tempat mereka bekerja.
'MUDIK LEBARAN ITU KENIKMATAN LUAR BIASA'
Bagi
golongan berpendapatan tinggi, mungkin porsi yang mereka keluarkan
untuk ritual mudik hanya sebagian kecil dari pendapatan mereka. Tetapi
bagi yang hidupnya subsisten, pengeluaran tersebut pasti merupakan
bagian yang cukup besar dari pendapatan mereka.
Memang, hidup
tidak selamanya dapat dijelaskan oleh rasionalitas ekonomi. Hubungan
emosional seringkali memiliki alasan yang lebih kuat, sehingga
mengalahkan rasionalisme ekonomi. Mungkinkah beban hidup yang
akhir-akhir ini makin berat menghimpit masyarakat kita mampu menyurutkan
fenomena mudik dengan segala dinamikanya?
"KITA HARUS MENJAWAB SEMUA KELUH KESAH ADIAK SANAK"
termasuk soal mereka yang harus jadi TKI/TKW di negeri seberang, belum
tentu mereka berkecukupan disana, kadang kala mereka harus bertahan
dengan kondisi yang serba memprihatinkan, jadi harapan kita BUMI
BENGKULU SELATAN HARUS MAMPU MEMBERIKAN PELUANG LEBIH KEPADA
PUTRA-PUTRI NYA UNTUK BERJUANG MENCARI SESUAP NASI LEBIH MUDAH DI TANAH
KELAHIRANNYA SENDIRI, bagi saya program pengiriman TKI/TKW itu
harus kita jadikan program yang ke 100 kalinya, kita harus memberikan
peluang yang sama bagaimana meningkatkan geliat ekonomi kreatif rakyat
agar kiranya anak-anak produktif Bengkulu Selatan bisa berkreasi tinggi
di tanah kelahirannya sendiri tanpa harus jadi TKI/TKW ke luar negeri itu.
'TANTANGAN PEMERINTAH KE DEPAN'
membuka peluang pasar dan kesempatan kerja di tanah kelahiran ini harus
terus digali, pemerintah daerah jangan diam dan berpangku tangan untuk
terus begerak, bekerja dan menggali potensi-potensi yang ada untuk
sajian terbaik bagi putra putri Bumi Bengkulu Selatan kedepan, pengiriman
TKI/TKW besar-besaran itu sama saja MENGUSIR GENERASI PRODUKTIF DAERAH
INI AGAR JADI GEMBEL DI NEGERI JIRAN TETANGGA ITU, kita mau ada
solusi untuk satu hal ini walau kita tahu garis tangan dan nasib lah
yang bisa menghantarkan seseorang itu harus berdomisili dimana atau
kerja mencari nafkah dimana.
salam Bengkulu Selatan sejahtera...!!
secuil refleksi sesaat mudik "KESEDIHAN ADIAK SANAK ITU MASIH ADA"
Diposting oleh Fikri Senada M, ST on Sabtu, 16 Agustus 2014Dirgahayu Negeriku....
menuju Bengkulu Selatan MERDEKA Yang Sesungguhnya..:
Merdeka itu....,
Endiak bediau agi jalan belubang!
Merdeka itu....,
Endiak bediau agi antrian minyak berkilo-kilo meter!
Merdeka itu...,
Endiak bediau agi, listrik mati luak minum ubat!
Merdeka itu...,
Endiak bediau agi, JUAL BELI JABATAN dan FORMASI CPNS!
Merdeka itu...,
Endiak bediau agi, MUTASI ala Naga bonar!
dan, merdeka itu...,
ENDIAK BEDIAU AGI PEMIMPIN BECEKIL MANJANG...!!
Langganan:
Postingan (Atom)