Pepatah Niniak dulu mengatakan: "Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya".
Hal
ini terasakan sekali pada saat menjelang hari raya Idu Fitri
(Lebaran), dimana banyak sekali orang kejangkitan penyakit "Rindu
Mudik". Rindu Mudik ini bukan hanya dirasakan oleh umat Muslim saja
melainkan oleh hampir semua orang Indonesia yang berada dirantau, entah
ia berada di New York, Amsterdam, Hongkong maupun di Jakarta atau
kota-kota besar lainnya, tidak terkecuali kami di Kota Medan Sumut. Rasa
rindu yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di Hong Kong maupun di
Jakarta ataupun kami di Kota Medan sama saja yang beda hanya jaraknya
saja.
Pada saat kita rindu mudik, kita teringat akan
kampung halaman dan orang-orang yang kita kasihi, hal ini membuat kita
jadi sedih dan sakit. Kita teringat akan kampung halaman, orang tua,
masa-masa yang indah diwaktu kecil. Pada saat kita masih kecil, mungkin
kita harus hidup dengan segala keterbatasan, tetapi kalau bagi saya
masa tersebut adalah masa yang paling indah di dalam kehidupan saya.
Ingatan saya ketika masa tersebut adalah: "Woouooo…w…..fantastic. it"s wonderfull, if we wanna to remember our childhood !"
Mungkin
anda masih ingat ketika masa sekolah di sekolah SD, SMP, nonton layar
tancap, mancing ikan, bermain di sawah nenek, bermain diwaktu hujan
turun. Memang kalau dibandingkan dengan permainan anak-anak jaman
sekarang, ini tidak ada apa-apanya, tetapi bagi saya ini masa tersebut
mempunyai nilai yang sangat indah dan tak terlupakan.
Kata Mudik diserap dari kata "UDIK"
yang berarti desa atau jauh dari kota alias di udik. Mudik berarti
kembali ke udik, ke asal usul kita oleh sebab itu entah anda tinggal
dirumah mewah yang bernilai ratusan milyar Rp ataupun bermukim di
Amsterdam ataupun Hollywood sekalipun, ini tidak akan bisa menggantikan
suasana seperti rumah di kampung halaman sendiri, walaupun itu di udik
sekalipun juga. Jadi tepatlah pada saat kita sedang rindu mudik,
kampung halaman itu bagi kita sama seperti juga "surga". Pada saat tersebut saya merasa iri terhadap mereka yang bisa pulang mudik ke kampung halamannya.
Mungkin
anda bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan lebih
berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa
menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan batin
kita. Semakin lama anda berada ditanah orang semakin terasakan
kekosongan jiwa kita, sama seperti juga HP yang kehabisan battere.
Pada
saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan kekosongan
jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman-siraman rasa kasih
dari orang-orang disekitar kita untuk mengembalikan kembali
kegersangan, kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau. Sama
seperti juga pada saat mengisi battere; ini tidak harus berbulan-bulan
walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun juga, hal ini
sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa kita.
Entah
anda ini seorang pejabat tinggi, direktur maupun pengusaha, ketika
dirantau anda tetap saja Mr Nobody atau sekedar nomor saja, tetapi
dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna
kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.
Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi.
"Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari
kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara,
jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang
rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di
kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai
kemanusiaan kita lagi".
Para perantau yang
mengadu nasib di kota-kota maupun di luar negeri pada hari Lebaran
dapat bertemu dengan sanak saudara, keluarga, serta kerabat di tempat
kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali silaturahmi, karena mereka
selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul,
bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan
kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan
persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam
kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa
menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh
lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita.
Bagi
mereka yang tidak begitu bahagia sehingga tidak bisa mudik, anda masih
tetap bisa bersilaturahmi melalui surat, chatting, email, video maupun
telepon, sebab kata arti sebenarnya dari silahturahmi adalah
mendekatkan hubungan kekeluargaan dari segi aspek psikologis atau
rohani saja, tanpa kehadiran jasmani atau fisik. Beda silatu-`rahim"
sebab kata tersebut mengandung makna lebih dalam. Kata rahim berarti
menyertakan jasmani dan rohani.
"BALIAK BETUNGGAL MEMBANGUN DUSUN" sampai jumpa di tanah kelahiran Bumi Sekundang Setungguan "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 Syawal 1435 H" Mohon Maaf Lahir dan Bathin
(Dari Kami FIKRI SENADA M,ST dan keluarga)
Langganan:
Postingan (Atom)